Cari Blog Ini

Rabu, 07 Mei 2008

Pengaruh Makanan Haram dalam Perspektif Biologi Quantum

Penulis : Dr. dr. Tauhid Nur Azhar

KotaSantri.com : Ketika seorang ayah memberikan uang kepada ibu untuk membelikan makanan bagi kedua anak mereka yang masih balita, maka sang ibu dengan sigapnya segera berbelanja ke tukang daging di pasar langganan. Semuanya tampak biasa dan wajar-wajar saja. Tetapi bila ternyata uang yang didapat sang ayah tadi bukanlah terkategori sebagai pendapatan yang halal, maka jalan ceritanya akan panjang dan pasti tidak akan "happy ending".

Apalagi tokoh sang ibu dalam cerita ini rupanya tengah berbadan dua. Dongeng punya cerita, ternyata setelah diusut-usut oleh KPK, uang yang dibawa pulang oleh sang Ayah adalah uang komisi yang tidak semestinya diterima. Sang ayah yang pegawai senior di sebuah instansi itu tentulah tahu dan dapat membedakan, mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan. Akan tetapi karena desakan hawa nafsu ingin tampil sebagai seorang kepala keluarga yang prestatif serta dapat menduduki maqam yang terhormat di mata istri dan keluarganya, maka uang itupun diterimanya.

Dengan senang hati? Tentu tidak. Dengan jantung yang berdebar sangat kencang, sampai-sampai ia sendiri merasa bahwa jantungnya bisa saja putus saat itu juga. Keringat dingin meleleh di sepanjang tulang punggungnya, dadanya terasa sesak, sampai-sampai kemeja yang dikenakannya serasa melekat erat bak pakaian senam. Nafas tersenggal-senggal, dan kepala terasa pening melayang. Ya, itulah pertanda seluruh tubuhnya sepakat menolak untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah dosa.


"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, (Al-Qur'an) yang serupa lagi berulang-ulang. Bergetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah." (QS. Az-Zumar ayat 23).

Getaran rasa bersalah itu mengguncangkan sistem normalitas dan homeostasis alias keseimbangan internal manusia. Hormon ketakutan (skotopobin) membuncah dan terus mendorong ketidakseimbangan hormonal lainnya. Metabolisma tubuh mengalami perubahan secara drastis. Para elektron, proton, quark, lepton, bosson, dan fermion yang tengah bertasbih dan berthawaf terganggu ritmenya dan membangun sebuah keseimbangan baru sebagai suatu efek kompensasi. Sebagian dari mereka menjadi liar karena kehilangan pegangan.

Sunatullah yang termanifestasi sebagai berbagai aturan yang menjamin keteraturan yang bersifat sistematik tidak lagi berjalan semestinya. Sebagai contoh, konsep larangan Pauli yang memisahkan antara elektron dengan arah spin yang sama dalam orbital Bohr yang berbeda, tidak lagi dipatuhi dan para elektron, semuanya berloncatan semaunya, semuanya semau "gue".

Uang yang notabene hanya sekedar sekumpulan karbon yang berbentuk kertas dan sama sekali tidak berdosa, bila terpegang oleh tangan-tangan yang chaos akan ketularan dan menunjukkan sifat (fenotip) serupa. Kertas uang akan menjadi media penghantar multi level dosa (MLD).

Sang ibu yang kemudian berbelanja dan membeli ½ kg daging has dalam dari seekor sapi yang nyata-nyata halal karena disembelih dengan menyebut nama Allah, akan kecipratan efek tidal dosa yang seperti molekul dalam gerakan Brown, membentur sana-sini dan berzig-zag kian-ke mari menciprati tetesan dosa ke sana-ke mari, terdorong oleh panasnya energi kinetik rasa bersalah.

Dan daging has dalam sapi yang halal itu, ketika terpegang oleh lengan ibu yang terkena efek gerak Brown dosa, maka akan berubah pula menjadi sekumpulan atom C, H, O, N, P, dan K yang resah dan gelisah (ingat hampir semua elemen di alam semesta bersifat dielektrik).

Ya, daging itu telah menjadi medium turunan ketiga dari sebuah dosa. Jangankan terpegang, dikantungi plastik saja dan plastik itu "dicengkiwing" hanya oleh 1 ibu jari dan 2 jari anak buahnya, maka sifat semi konduktornya tetap akan menjadi penghantar bagi proses MLD.

Kemudian daging itu disemur, dan dimakan beramai-ramai. Ketika ia sampai di lambung dan saluran pencernaan, amilase, gastrin, pepsin, tripsin, garam empedu, dan juga lipase ogah-ogahan menjamunya karena merasa tak kenal. Jadilah daging itu diolah seenaknya dan tentu semau gue juga dong!

Blok pembangun yang semestinya kelak dapat menjadi bagian dari keshalehan dan kejeniusan otak seorang anak, gagal menjadi protein dan banyak di antaranya menjadi gugus sterol alias lemak. Lemak ini akan terakumulasi menjadi hormon steroid dari anak ginjal yang mendorong terciptanya rasa cemas, gelisah, khawatir, dan ketakutan.

Coba bayangkan, hanya dari sekerat daging sapi yang semestinya halal, anak-anak dari keluarga muda itu akan tumbuh menjadi anak-anak yang pemarah, murung, gelisah, dan ketakutan, tanpa mereka pernah tahu apa sebabnya.

Dan bila kelak mereka dewasa serta menjadi pribadi yang berakhlaq kurang mulia, siapakah sebenarnya yang bertanggung jawab dan terbebani oleh dosanya? Tentu bukan para downliner bukan? Kitalah, para orangtua yang berperan sebagai up-line yang akan menuai badai bonus dosa, Na'udzubillahi min dzalik.

Ternyata, proses dan fenomena ini tidak hanya terjadi pada kegiatan makan-memakan saja, melainkan pada semua aspek kehidupan seorang manusia. Setiap rasa bersalah karena melanggar perintah dan larangan Allah, yang merupakan kebenaran absolut, maka setiap sel dan setiap unsur di dalam tubuh kita akan bersikap chaos yang pada gilirannya akan mengakibatkan munculnya dampak akumulatif yang mengacaukan sistem bio-psikologis. Jiwa-jiwa kita menjadi sulit untuk mencapai tataran muthmainnah, na'udzubillahi min dzalik.

Seorang ibu yang tegang dan kecewa (tanda-tanda kufur nikmat), pada saat mengandung putranya, berarti dapat pula dikatakan berinvestasi pada kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa anaknya di kemudian hari. Demikian pula seorang ayah yang pemarah dan pembohong, setiap belaiannya pada sang anak akan menularkan ketakutan, kegelisahan, dan kekacauan quantum biologis pada anaknya. Oh anak, engkau rupanya sebuah cermin bagi keimanan kedua orangtuamu.

Maka bertaubatlah kita, berdo'alah kita, dan berwudhulah kita untuk mensucikan setiap proses interaksi dengan setiap elemen dalam kehidupan. Karena itu pula di setiap perjumpaan diwajibkan bagi kita untuk mengucapkan salam, sebuah do'a bagi sesama, dan sebuah do'a bersama bagi keselamatan kita semua.

Oleh karena itu pula terkuak makna dalam do'a sebelum makan yang memiliki arti tidak sekedar mengharapkan barokah dari makanan yang tersedia, tetapi juga permohonan agar terhindar dari azab api neraka. Do'a makan itu rupanya bagian dari proses sterilisasi dan pengeliminasian unsur-unsur dosa (haram) dalam sebuah makanan. [halalguide.info]


URL : http://kotasantri.com/mimbar.php?aksi=Detail&sid=421

mengapa manusia harus menyembah tuhan?

oleh Achmad Munjid

Dari perspektif manusia, Tuhan itu tidak harus disembah oleh manusia. Manusia bebas, mau menyembah boleh, tidak juga terserah. Tapi, masing-masing ada konsekuensinya. Sama seperti orang lapar, haus, berpikir, bicara dst. Secara sepintas orang 'bebas' untuk tidak makan ketika lapar, tidak minum ketika haus, tidak usah mikir biar tidak nambah urusan, tidak usah bicara biar tidak nambah persoalan dst. Tapi, tentu itu semua dengan konsekuensi logis yang harus diterima. Orang lapar bebas untuk makan atau tidak makan. Kalau mau makan, pertama dia harus mencari makan; dia juga harus tahu makanan yang sehat, aman dan baik. Anak kecil belum tahu. Maka, bahkan untuk makan pun manusia harus belajar. Kedua, dia juga harus 'mengolah' bahan makanan yang didapatnya. Entah sekedar dengan mencuci, mengupas kulit, sampai merebus, memberi bumbu dan menghidangkan dengan cara yang cukup 'merepotkan' diri manusia sendiri. Pendeknya, untuk makan pun manusia harus berani repot. Maka dari itu kalau nggak mau repot, boleh saja manusia tidak makan. Tapi apa konsekuensinya kalau tidak makan?
Begitu juga halnya dengan minum, berpikir, berbahasa, bergaul dengan sesama dll. Jadi, meski bebas, pada akhirnya manusia tidaklah bebas mutlak. Ada kondisi-kondisi yang membuat manusia akhirnya harus melakukan pilihan-pilihan yang tersedia. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang relatif, yang terbatas, terkondisikan oleh sifat dirinya yang juga terbatas.
Buat orang yang tidak percaya Tuhan, tidak ada keharusan samasekali untuk menyembahnya. Buat orang yang males, tidak usah menyembah Tuhan juga tidak apa-apa. Tuhan tidak membutuhkan sujud manusia. Tuhan maha Mutlak, sedang manusia serba terbatas. Yang terbatas selalu tergantung pada yang Mutlak. Manusia menyembah Tuhan karena manusia sendiri yang membutuhkanNya. Padi, singkong, pisang dll tumbuh, berbuah dan mati adalah proses yang alami. Dia akan selalu begitu baik ada manusia yang memakannya maupun tidak. Manusia makan nasi, bukan karena kasihan pada nasi, tapi karena manusia membutuhkannya. Kalau tidak, dia akan lapar, bisa kelaparan, bahkan akhirnya bisa mati.
Alam semesta adalah ciptaan dan milik Tuhan yang serba kaya. Tuhan tidak membutuhkan alam semesta, juga tidak membutuhkan sembah sujud manusia. Karena itu, meski banyak sekali manusia yang ingkar di muka bumi ini, Tuhan sengaja membiarkan mereka. Tapi, jika di akhirat mereka mau kembali dengan selamat, "menyembah" adalah jalan manusia menuju ke sana.
Kita hidup di dunia untuk menyembah Tuhan, supaya sebagai ciptaan kita tahu diri. Tahu diri bukan berarti serba kikuk, tidak bebas, tidak bisa apa-apa. Tahu diri artinya, mengetahui dengan lebih sempurna diri sendiri, dengan segala potensinya, tahu asal muasal, peran, tujuan dan makna hidup yang sedang dijalaninya. Dengan mengetahui semua itu, manusia bukan cuma tidak terkungkung, bahkan akan bisa lebih bebas mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Dia bisa menjadi manusia yang tercerahkan, sekaligus mencerahkan lingkungannya, manusia-manusia lain, bahkan jika dia melakukan amal jariyah dengan menuliskan pikiran-pikirannya dalam bentuk buku atau karya lainnya, misalnya, dia juga mencerahkan orang lain, membebaskan orang lain dari keterbelengguan dan kebodohan yang mengungkung dirinya. Jika Tuhan dan ajaranNya diibaratkan sumber cahaya dan manusia adalah cermin. Segala pengetahuan dan kekuatan yang dimilikinya hanyalah pantulan dari 'sumber cahaya'. Kalau manusia yang jadi cermin itu tahu drii, dia tidak akan mengklaim bahwa cahaya yang dipantulkan itu miliknya, dan dia tidak takabur. Menyembah adalah membersihkan diri sendiri dari macam-macam kotoran dan menyadarkan diri sendiri kepada sifat terbatas, sekaligus menyadari asal muasal. Semakin intensif manusia menyembah Tuhan, semakin tahu diri dia, semakin teraktualkan potensinya, semakin tawadu' (tawadu' arti dasarnya adalah sesuai dengan posisi). Semakin bersih sebuah cermin, semakin cerah cahaya yang dipantulkannya.
Keadilan Tuhan adalah keadilan Mutlak yang menjadi sumber hukum alam, sunnatullah. Air mengalir ke bawah, api bersifat panas dan berpotensi membakar, angin bergerak dari udara bertekanan tinggi ke tekanan rendah, bumi berputar, makhluk hidup berkembang biak, tumbuh dan mati; semua itu mengikuti 'aturan' sunnatullah. Bacalah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir tentang berbagai fenomena yang tidak bisa langsung dipahami akal terbatas manusia. Bacalah kisah Nabi Muhmammad dan para sahabatnya tentang betapa sulitnya memberi penerangan dan menegakkan apa yang disebut keadilah Tuhan. Mengapa Tuhan tidak langsung 'turun tangan sendiri' menegakkan keadilanNya dengan cara langung menghukum orang-orang yang ingkar? Salah satunya adalah karena manusia 'bebas memilih' dan manusia diandaikan cukup dewasa untuk menentukan pilihannya, termasuk u ntuk menanggung resiko pilihannya masing-masing.
Karena itu bacalah seperti kata Qur'an; bacalah, bacalah, bacalah.....

yasinan forever

dari ust helmi wafa

Dari Ma\'qil Bin Yasar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, \"Bacakanlah surat Yaasiin atas orang yang meninggal di antara kalian\" (HR Abu Daud, An-Nasaa\'i dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban) \" Jantungnya Al Qur\'an adalah surat Yaasiin. Tidak seorang yg mencintai Allah dan negeri akhirat membacanya kecuali dosa-dosanya diampuni. Bacakanlah (Yaasiin) atas orang-orang mati diantara kalian\" (Ibnu Majah. Tentang hadits ini,Ibnu Hibban dan Al-Hakim menshahihkannya. Adalah Ibnu Umar ra gemar membacakan bagian awal dan akhir surat Al-Baqarah diatas kubur seusai mayat dikuburkan. (HR Al-Baihaqi dengan sanad yang Hasan). Sedangkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menuliskan dalam kitab Riyadhush-shalihin dalam judul: Do\'a untuk mayyit setelah dikuburkan dan berdiri di kuburnya sesaat untuk mendo\'akannya dan memintakan ampunan untuknya serta membacakan Al-Qur\'an, menyebutkan; bahwa Al-Imam As-syafi\'i rahimahullah berkata, \" Sangat disukai untuk dibacakan atasnya Al-Quran.Kalau sampai khatam, tentu sangat baik. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughny hal 758 menuliskan bahwa disunnahkan untuk membaca Al-Qur\'an di kubur dan di hibahkan pahalanya. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad pernah mengatakan bahwa itu bid\'ah, namun kemudian beliau mengoreksi kembali pernyataannya. jadi kesimpulannya yasinan untuk orang yang meninggal itu didukung oleh dalil2 yang sohih. yang ke-sohih-annya telah dideklarasikan oleh ibnu hibban dan al-hakim. dan kedua imam tersebut adalah ulama hadits yang sangat mumpuni. maka apabila ada yang men-dlo\'if-kan hadits2 tersebut, tentu harus menunjukkan bukti2 letak ke-dlo\'if-annya. dan saya kira yang dloiif itu bukan haditsnya, tapi kita ini yang dlo\'if tentang ilmu hadits. sehingga ketika ada orang yang bilang bahwa hadits tersebut dlo\'if maka kita langsung saja percaya....?!

lmuwan Swedia: Teori Ayamnya Darwin Keliru


Dalam jurnal PLoS Genetics imuwan Swedia menyangkal bahwa ayam hutan
merah adalah nenek moyang tunggal ayam peliharaan. Darwin lagi-lagi
keliru!

Hidayatullah.com--Dalam bukunya, "The Origin of Species (1859)"
(Asal-Usul Spesies), bab 6 tentang Kesulitan-Kesulitan Teori, Charles
Darwin mengisahkan asal usul ikan paus. Menurutnya tidaklah sulit bagi
"seleksi alam" untuk mengubah beruang menjadi makhluk dengan bentuk
tubuh yang semakin sesuai untuk hidup di laut dengan mulut yang
semakin besar, hingga akhirnya menjadi ikan paus. Pernyataan ini
kedengaran aneh, tapi tidak mengherankan mengingat keterbelakangan
ilmu pengetahuan di masa Darwin.

Dalam karyanya yang lain "The variation of animals and plants under
domestication (1868)" Charles Darwin juga berpendapat bahwa ayam
peliharaan berasal-usul dari unggas merah hutan. Terbuktikah
pernyataan Darwin? Sudah bisa ditebak. Ilmu pengetahuan di masa Darwin
sangatlah kuno, sehingga teorinya didasarkan pada banyak
ketidaktahuan. Di jamannya, kerumitan sel di tingkat molekul belumlah
diketahui. Charles Darwin sama sekali tidak memahami apa itu DNA, RNA,
dan metabolisme sel.

Lebih dari seabad kemudian, kecanggihan ilmu dan teknologi semakin
memungkinkan orang menguak rahasia alam, termasuk seluk-beluk
kehidupan di tingkat sel. Tidak heran dan bisa dimaklumi jika para
ilmuwan di masa kini ada yang semakin tidak menemukan kebenaran
sejumlah teorinya.

"Darwin was wrong about the wild origin of the chicken" (Darwin salah
tentang asal-usul liar ayam), demikian judul berita resmi keluaran
Uppsala University, Swedia, 29 Februari 2008. Berita ini sangatlah
heboh dan mengejutkan dunia ilmu pengetahuan sampai-sampai berbagai
media massa ilmiah dan umum di penjuru dunia ramai-ramai meliput
berita yang mengagetkan ini.

Hasil penelitian ini terbit di jurnal ilmiah bergengsi, PLoS Genetics
edisi 4(2) tahun 2008 dengan judul "Identification of the Yellow Skin
Gene Reveals a Hybrid Origin of the Domestic Chicken" (Identifikasi
Gen Kulit Kuning Mengungkap Asal-Usul Hibrida Ayam Peliharaan).
"Penelitian ini menyangkal anggapan bahwa ayam hutan merah adalah
nenek moyang tunggal ayam peliharaan dan memberikan bukti nyata bahwa
spesies-spesies lain bersumbangsih pada genom ayam peliharaan", papar
jurnal tersebut.

"Ironisnya adalah Darwin berpikiran bahwa lebih dari satu spesies liar
telah bersumbangsih terhadap perkembangan anjing, tapi ayam berasal
dari hanya satu spesies liar, unggas hutan merah. Sekarang terbukti
justru sebaliknya," kata Greger Larson, peneliti di Uppsala
University, Swedia, dan di Durham University, Inggris.

Berita ini diliput pula oleh media pemberitaan Inggris,
Telegraph.co.uk, 29 Februari 2008, di bawah judul "Darwin was wrong
about (chicken) evolution" (Darwin keliru mengenai evolusi (ayam)).
Artikel itu memaparkan, selain teori tentang ayamnya salah, teori sang
Bapak Evolusi Charles Darwin mengenai asal-usul anjingnya juga
meleset. [wwn/www.hidayatullah.com]

tomat dan kecantikan

Memanfaatkan Tomat, Cara Murah untuk Cantik
Penulis : R1ngasta
sumber: kotasantri.com


KotaSantri.com : Buah bulat berwarna oranye kemerahan ini memang tak perlu diragukan lagi manfaatnya, apalagi bagi kecantikan. Selain mudah mendapatkannya, harganya pun sangat murah jika dibandingkan dengan manfaatnya.

1. Tomat untuk Dimakan
Mengkonsumsi buah tomat setiap hari, akan membuat kulit wajah Anda menjadi mulus dan tampak sehat.

2. Tomat untuk Masker
Potong tomat dan masukkan dalam blender, hasilnya tidak perlu sampai halus benar. Bubuhkan tomat yang sudah dilumatkan tersebut pada kulit wajah secara merata, dan biarkan sampai 30 menit. Setelah itu, bersihkan dengan air hangat. Lakukan setiap hari, dan Anda akan melihat sendiri hasilnya, kulit yang bersih dan sehat! Baiknya lagi, noda bekas jerawat pun akan berangsur hilang.

3. Tomat untuk Meringkas Pori
Campurkan 1 sendok makan jus tomat dan beberapa tetes jus lemon, kemudian ulaskan pada kulit wajah selama 15 menit, lalu bersihkan. Cara ini amat efektif untuk meringkas pori-pori yang besar.

4. Tomat untuk Tonik Wajah
Campurkan 2 sendok teh jus tomat dan 4 sendok makan susu murni, ulaskan pada wajah dan biarkan selama 30 menit, lalu bersihkan. Cara ini dapat memulihkan kulit yang kemerahan akibat terbakar sinar matahari.

efek samping sholat tahajud

SHOLAT TAHAJUD DAN KEKEBALAN TUBUH

Prof. Dr. Mohammad Sholeh mengadakan penelitian (untuk disertasi doktornya di UNAIR Surabaya) pada 51 siswa kelas 1 SMU 1 Hidayatullah yang berusia 16-20 tahun, semuanya laki-laki, dan tidak pernah sholat tahajud sama sekali dan tidak pernah mengikuti thariqah2 dsb. Dari 51 siswa tsb hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajjud selama dua bulan, shalat dimulai pukul 02:00-03:30 sebanyak 11 rakaat masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat witir.


Dari siswa2 tsb diambil darahnya sebelum shalat dan diambil darahnya lagi setelah shalat satu bulan, diambil darahnya lagi setelah dua bulan.
Aktivitasnya sama, menu makannya sama, usianya sama, sama-sama tidak pernah shalat tahajjud. Ternyata setelah diteliti di laboratorium, makrofagnya beda. Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yang berfungsi untuk memakan sel lain yang tidak normal.

Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (Paramita, Prodia, dan Klinika) hasilnya ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud.

Sholat tahajud jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk, dan ikhlas, secara medis shalat ini menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonolagi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfositnya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulanggi masalah yang dihadapi. (coping).

Shalat tahajjud yang dimaksud bukan sekedar menggugurkan status shalat yang muakkadah (sunah mendekati wajib).
Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas (keistiqomahan) shalat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, Ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya hal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter.
Sedang pada malam hari atau setelah pukul 24:00- normalnya antara 69-345 nmol/liter. Kalau jumlah hormon kotrisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu jg sebaliknya. temuan ini membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Kenapa orang yang sering tahajjud tak pusing kepalnyaa, padahal dia bangun tengah malam?

Karena otak kita ketika shalat tahajjud melepaskan seritonin, beta endorsin, dan melatonin yang diproduksi otak. Ketika seseorang shalat tahajjud, seritonin, beta endorsin, dan melatonin itu terproduksi. Itu yang menyebabkan kita menjadi tenang. Karena ketenangan itulah maka homeostasis terjaga. Pusing disebabkan karena terganggunya homeostasis, mungkin bisa hipertensi atau hipotensi.

Shalat tahajjud itu kan meditasi tingkat tinggi. Itu yang menjaga homeostasis atau kecenderungan untuk tetap dalam keadaan normal. Orang sakit itu terganggunya homeostasis. Nah, ketika shalat tahajjud relaksasinya tercapai secara maksimal, maka keseimbangan tubuh terjaga. Tak akan ada hipertensi dan hipotensi. Termasuk kolesterol akan dibabat habis oleh aktivitas tahajjud. Kolesterol akan hilang menjadi energi.

Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajjud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. shalat tahajjud selain berniali ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memeprbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efektif, emosi yang possitif dapat menghindarkan seseorang dari stres.

Nah, menurut DR. Sholeh. Orang stres itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infkesi. Dengan tahajjud yang dia lakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan berdasarkan hitungan teknik medis menunjukkan, shalat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Trus gimana pengaruh sholat wajib dan sholat sunnah yang lain seperti shalat tarawih, dll terhadap kekebalan tubuh? Sama seperti sholat tahajud ga y? Mungkin Anda tertarik untuk meneliti hal ini?
(basyth)

Sumber : kotasantri.com