puisi lamaku yang sudah ku posting di multiply-ku
Darah itu
Hatiku merindu
pada angin yang bertiup
mengabarkan kehidupan
Mengantar sepucuk senapan
Ke bumi berdarah
Mengabarkan kegembiraan
Pada darah2 yang bercucuran
Dari raga syuhada
Darah anyir mewangi
Menuju firdaus yang abadi
Yang mengalir di bawahnya sungai2
Yang tiada pernah kekeringan
Menangislah kehidupan
Kehilangan seorang
Tapi dia tersenyum bahagia
Telah sampai tujuannya
Cita2 syahidnya
Ku cari
Ingin ku tau
Tentang sebuah kepastian
beku tak ada jawaban
kucari lagi
Katanya ada pada takdirku
Tak jua kutemukan takdir itu
Maka ku tanya usahaku
Dia menuntunku ke titik jauh
Katanya disanalah takdir itu
“Di ujung usaha manusia”
innallooha laa yughoyyiru maa bi qoumin hattaa yughoyyiruu maa bi anfusihim (ar-ra’du 11)
Ingin lagi ku tau tentang kematian
Lagi2 katanya itu ada pada takdirku
Kutanya pada usahaku
Dia tak tau
Lalu kudengar jawaban entah dari mana
“setiap manusia sedang antri menunggu ajalnya”
innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun
Ijinkan
kerontang air mata ini
tiada tersisa tuk tangisi perih
Ijinkan Ku nikmati luka ini
hingga hilang basahnya
Menguap tinggalkan kering
Ku baui anyir darahnya
Hingga wangi menjelang
Ku amati merahnya
Hingga kulit ari menghampiri
Allohumma ij’alnaa minal mukhlashin ya rabb
terima kasih sudah membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tulis komentar di sini