Cari Blog Ini

Minggu, 27 April 2008

bunga bank

untuk buletin e-sya FoSEI

Perbankan : Di Antara 2 Pilihan

(edisi mei)

Pilih yang mana hayo? Kalo ada dua piring ayam goreng (jadi laper nih), ayam goreng pertama, cara mematikan ayamnya dengan dicekik (hi… serem!), ayam goreng kedua cara mematikan ayamnya dengan disembelih dengan menyebut Asma Allah. Rasa di lidah sama, mungkin lebih enak ayam yang pertama, tapi rasa di hati jelas beda banget, yang pertama HARAM, yang kedua jelas HALALAN THAYYIBAN WA BAROKATAN. Iya kan? Jadi pilih yang mana? Kalo gitu jelas Pilih yang kedua dong, dari pada masuk neraka. Trus apa hubungannya sama bank? Nah, itu tadi analogi bank konvensional dan bank syariah menurut Dirut BMI Cab DIY. Jadi intinya tuh, kita semua harus hijrah dari bank konvensional ke bank syariah. Sekarang dah ga ada kata DARURAT lagi karena di semua daerah dah ada bank syariahnya, baik itu bank umum syariah, unit usaha syariah maupun BPRS. Jadi umat muslim Indonesia sudah wajib melakukan semua aktivitas perbankannya ke perbankan syariah.
Apa sih Bedanya bank syariah sama bank konvensional? Bedanya ya kayak analogi ayam goreng tadi. Bank konvensional menggunakan bunga dan bunga itu termasuk riba yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah. “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”( QS Al-Baqarah). Untuk lebih jelasnya Tanya deh sama MAS EKO (Masalah ekonomi) di hal 2. Majlis Ulama Indonesia (MUI) juga telah memfatwakan bahwa bunga bank haram pada 16 Desember 2003 yang lalu. Sedangkan bank syariah menggunakan prinsip-prinsip yang tidak bertentangan dengan syariah, contohnya bagi hasil (profit sharing/mudharabah), prinsip jual beli (murabahah),de el el. Pokoknya semua dijamin halal. Terus beda yang kedua nih. Fungsi bank kan sebagai lembaga perantara (intermediary institution) antara yang punya uang dengan yang membutuhkan uang, ternyata bank konvensional justru menjadi penyekat antara pemodal dan pengusaha tadi, cause di bank konvensional ga ada yang namanya risk transferability (transfer resiko) dari pengusaha ke pemodal. Nah dari sini muncul masalah lain, yaitu ketidakadilan. Ketika si pengusaha rugi, dia tetap harus bayar bunga, ketika dia untung besar, bagian untuk pemodalnya tetep aja, ga nambah. Beda sama prinsip bagi hasilnya bank syariah, ketika si pengusaha labanya dikit, pemodal/penabungnya dapet bagi hasilnya dikit, begitu juga pas pengusahanya dapet untung besar, penabungnya juga dapet bagi hasil yang tinggi. Jadi ga ada kesenjangan antara pemilik modal dan pengusaha. Adil KAN?

Trus kalo pengusahanya rugi ntar uangku ikutan ilang donk? Tenang aja,
kan dalam operasinya bank syariah menganut prinsip kehati-hatian, jadi ga sembarang orang dipinjemin uang, hanya pengusaha yang prospektif aja yang dikasih pinjem. Oke sih tapi Tunggu dulu, soalnya ada gossip kalo sekarang ini banyak bank konvensional yang berganti baju menjadi bank syariah. Jadi bank syariah tapi sebenarnya operasi dan lain-lainnya masih konvensional, gimana tuh? Dah ga muat nih, nantikan di edisi juni ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis komentar di sini